Jun 6, 2013

Si Hamid

Daripada telefilem yang aku tonton barusan
Sedikit mengalih posisi aku keluar dari kotak kebiasaan
Sedikit memperluas pandang akan hal yang tidak terpandangkan
Sedikit memberi sedar
Akan perihal manusia di zaman aku-orang-masjid-aku-masuk-surga ini
Yang saban hari dalam fikir cuma menghakimi
Yang lewat hari cuma tahu memangkah tanpa diadili
Menongkah yang perlu
Tetapi mengiya yang diagung buta tuli

Kata mereka, niat tidak memperhalal perbuatan

Lalu bagaimana di situasi;
Seorang muslim yang kelaparan
Yang tiada apa-apa untuk dimakan
Yang ada cuma sepotong daging anjing di hadapan mata

Soalan satu :
Patutkah si pemuda muslim itu tadi memakan daging itu dikeranakan perutnya sungguh lapar?
Walhal dia tahu ianya cebis yang haram?

Soalan dua :
Atau kalau tidak dimakan, dia perlu meringkuk membiarkan saja dirinya mati kelaparan?

Jawapan daripada si tua wakil kelompok umat aku-orang-masjid-aku-masuk-surga itu tadi, dengan lantang suara penuh yakin menebar dalam dada :
'Dia makan saja daging haram itu kerana darurat!' 
(Berserta riak wajah serius berkerut dahi sambil mengangkat tangan tanda akulah-yang-paling-tahu-hukum!)

Soalan tiga :
Lalu,
Bagaimana dengan situasi si Hamid?

*kelompok umat aku-orang-masjid-aku-masuk-surga itu tadi, tercelopok ternganga terdiam*


Oktober 2012
Setiawangsa

0 komentar:

Post a Comment